PT Rifan Financindo - Kementerian Keuangan mengumumkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar 0,37% atau setara 62,8 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 54 triliun.
Defisit APBN ini terjadi karena realisasi penerimaan negara lebih kecil dibandingkan belanjanya.
Realisasi pendapatan negara sendiri tercatat sebesar Rp 216,6 triliun dari target Rp 2.233,2 triliun, sedangkan realisasi belanja negara sebesar Rp 279,4 triliun dari target Rp 2.540,4 triliun. Selisih dari realisasi tersebut merupakan defisit APBN.
Sri Mulyani merinci, pendapatan negara berasal dari penerimaan pajak yang sebesar Rp 152,9 triliun, penerimaan bea cukai sebesar Rp 25 triliun, dan PNBP sebesar Rp 38,6 triliun
"Kita lihat memang pajak mengalami tekanan karena adanya risiko global maupun domestik," jelasnya
Sri Mulyani merinci, pendapatan negara berasal dari penerimaan pajak yang sebesar Rp 152,9 triliun, penerimaan bea cukai sebesar Rp 25 triliun, dan PNBP sebesar Rp 38,6 triliun
"Kita lihat memang pajak mengalami tekanan karena adanya risiko global maupun domestik," jelasnya
Sedangkan belanja negara hingga akhir Februari 2020 mencapai Rp 279,4 triliun ini berasal dari realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp 161,7 triliun, transfer ke daerah dan dana desa hanya Rp 117,7 triliun.
Sumber: Finance.detik
PT Rifan Financindo
No comments:
Post a Comment