Wednesday, April 8, 2020

Pandemi COVID-19 Bikin Emas Kembali Meroket | PT Rifan Financindo

Emas comex - Reuters

PT Rifan Financindo  -    Di tengah prospek perlambatan ekonomi global akibat pandemi COVID-19, investor kembali menempatkan emas sebagai aset paling aman sehingga harga emas menyentuh titik tertinggi sejak November 2012.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (7/4/2020) hingga pukul 13.33 WIB, harga emas berjangka untuk kontrak Juni 2020 di bursa Comex bergerak menguat 1,25 persen ke level US$1.715,1 per troy ounce. Pada perdagangan pagi ini, emas sempat melonjak hingga ke level US$1.742 per troy ounce, menjadi level tertinggi sejak November 2012. Saat itu, harga emas berada di kisaran US$1.700 per troy ounce setelah menyentuh level US$1.760 per troy ounce pada Oktober 2012.
Sementara itu, harga emas di pasar spot terapresiasi 0,06 persen ke level US$1.661,66 per troy ounce. Adapun, dalam perdagangan yang sama indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,3 persen ke level 100,385 pada pukul 12.50 WIB.
Grafik pergerakan harga emas dari laman gold.org selama 10 tahun terakhir
Penguatan emas kali ini berhasil memperbaiki kinerja emas yang sempat terkoreksi dalam pada pertengahan Maret karena kecenderungan investor untuk melikuidasi semua aset untuk mengumpulkan lebih banyak dolar AS dan menganggap greenback sebagai aset paling aman dibandingkan dengan emas.
Adapun, akibat penguatan tersebut, pergerakan harga emas melampaui proyeksi level resisten yakni US$1.670 hingga US$1.685 per troy ounce yang ditetapkan Monex Investindo Futures. 
Analis JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon mengatakan bahwa logam saat ini semakin diminati pasar seiring dengan banyaknya sinyal yang menunjukkan pandemi COVID-19 menekan pertumbuhan ekonomi global.
“Lonjakan emas pun datang bahkan ketika aset berisiko termasuk pasar ekuitas membukukan keuntungan di tengah tanda-tanda penyebaran virus mulai mereda di beberapa negara,” ujar Jamie seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/4/2020).
Kendati demikian, Australia & New Zealand Banking Group Ltd dalam risetnya mengatakan bahwa kenaikan emas tidak luput dari sentimen negatif yang dapat membatasi penguatannya saat ini.
“Meskipun terdapat harapan harga emas akan meningkat akibat pandemi, masih terdapat keraguan di pasar untuk melihat aset safe haven dalam permintaan yang kuat," tulisnya.
Pelemahan permintaan tersebut tercermin dari menurunnya pembelian emas oleh Bank Sentral, yang memberikan kontribusi terbesar kedua pembelian emas dunia setelah pembelian untuk sektor perhiasaan.
Emas. - Bloomberg/Akos Stiller
BANK SENTRAL KURANGI EMAS
Mengutip laporan World Gold Council, total pembelian emas oleh bank sentral periode dua bulan pertama tahun ini hanya sebesar 64,5 ton, jauh lebih rendah dengan pembelian pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 116,1 ton.
Perinciannya, pada Februari, bank sentral di seluruh dunia hanya menambahkan 36 ton emas ke dalam cadangan emas moneternya, hampir 30 persen lebih tinggi daripada pembelian untuk periode Januari 2020, tetapi lebih rendah 52 persen secara year on year.
Adapun, bank sentral Turki memimpin pembelian dengan total penambahan emas pada Februari hingga 24,8 ton, kemudian diikuti dengan Rusia yang membeli sekitar 10,9 ton emas.
Untuk diketahui, dari tahun ke tahun dua bank sentral tersebut bersama dengan bank sentral Kazakhstan, Qatar, dan Uzbekistan menjadi pembeli utama emas sepanjang tahun lalu.
Periset World Gold Council Krishan Gopaul mengatakan bahwa masih adanya bank sentral membeli emas menandakan bahwa logam kuning itu masih menjadi komponen penting cadangan devisa meskipun tingkat permintaan menurun.
Namun, sama dengan yang terjadi di seluruh dunia, ketidakstabilan dan ketidakpastian pasar baru-baru ini akibat sentimen penyebaran virus corona akan berada di garis depan pikiran para bankir sentral.
“Sementara kami percaya bank sentral akan tetap menjadi net buyer emas pada 2020, tetapi masuk akal jika mungkin kita tidak akan melihat pembelian emas sebanyak yang dilakukan bank sentral dalam dua tahun terakhir,” ujar Krishan seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (7/4/2020).
Dia mengatakan bahwa sesungguhnya penurunan pembelian emas oleh bank sentral tampak sudah terlihat sejak Agustus 2019. Penurunan permintaan emas oleh bank sentral itu juga telah menjadi sinyal adanya pelemahan permintaan fisik emas dunia.
Kini, sebagian besar bank sentral itu telah mencapai tingkat di mana selera untuk mengumpulkan emas cenderung habis. Terbaru, Bank Sentral Rusia mengumumkan untuk menghentikan pembelian emas domestik mulai bulan depan.


Sumber: Market.bisnis
PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...