Tuesday, February 9, 2021

Rupiah Dihajar, Poundsterling Naik ke Level Tertinggi 2 Bulan | PT Rifan Financindo


 PT Rifan Financindo  -  Nilai tukar poundsterling menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (13/7/2020), hingga mencapai level tertinggi dalam 2 bulan terakhir.

Adanya risiko diterapkannya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta membuat rupiah tertekan.

Berdasarkan data Refinitiv, poundsterling pagi tadi menguat 1,12% ke Rp 18.324,44/GBP yang merupakan level tertinggi sejak 12 Mei lalu. Penguatan poundsterling terpangkas, pada pukul 13:45 WIB diperdagangkan di kisaran Rp 18.190,98/GBP, menguat 0,38% di pasar spot, melansir data Refinitiv.


Kecemasan akan diterapkannya PSBB lagi terjadi setelah jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang mencetak rekor penambahan harian kemarin, sebanyak 404 kasus baru.

Akibatnya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperingatkan adanya kemungkinan PSBB kembali diterapkan jika jumlah kasus terus meningkat.


"Hari ini adalah yang tertinggi sejak kita menangani kasus di Jakarta ada 404 kasus baru," kata Anies pada video '12 Jul 2020 Gub Anies Baswedan Update Perkembangan Penanganan Covid-19' di akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, Minggu (12/7/2020).

"Jadi saya ingin mengingatkan kepada semua warga Jakarta harus ekstra hati-hati. Jangan anggap enteng. Jangan merasa kita sudah bebas dari Covid-19. Karena nanti kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (PSBB). Karena itulah saya ingin menyampaikan kepada semuanya, ada titik-titik yang harus diwaspadai," katanya.

Di sisi lain, kondisi poundsterling juga kurang bagus. Reuters melaporkan poundsterling dijauhi oleh para investor di tengah ketidakpastian hubungan dagang Inggris dengan Uni Eropa.

Inggris saat ini dalam masa transisi hingga 31 Desember nanti untuk keluar dari Uni Eropa. Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi untuk hubungan dagang setelah masa transisi berakhir. Jika sampai 31 Desember nanti tidak ada kesepakatan, maka Inggris akan keluar dari pasar tunggal, artinya akan ada tarif ekspor-impor yang akan dikenakan.

Bila hal ini sampai terjadi, maka perekonomian Inggris terancam merosot lebih dalam. Apalagi saat ini pandemi penyakit akibat virus corona sudah membuat perekonomian global menuju jurang resesi.

Melansir Reuters, Stephen Gallo, analis mata uang dari BMO Capital Markets, melihat poundsterling akan melemah ketimbang mata uang negara lainnya yang memiliki keunggulan dibandingkan Inggris karena merupakan eksportir.

Melawan poundsterling yang sedang dijauhi investor saja rupiah masih tak berdaya, menjadi indikasi lemahnya Mata Uang Garuda di awal pekan ini.

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...