Tuesday, May 18, 2021

Menengok Jembatan Apung Penghubung Dua Desa di Bandung Barat | PT Rifan Finacnindo

 PT Rifan Finacnindo  -  Masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Citarum, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sangat mengandalkan keberadaan jembatan apung sebagai akses untuk beraktivitas setiap harinya.

Seperti masyarakat yang tinggal di Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar dan Desa Girimukti, Kecamatan Saguling. Mereka sangat terbantu dengan adanya jembatan apung Surapatin yang menghubungkan kedua desa.

Jembatan apung Surapatin sendiri dibangun pada tahun 2018, oleh Sertu Heri Supratikno, seorang prajurit TNI aktif yang bertugas di Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav) Padalarang, Bandung Barat. Namun pengelolaannya diserahkan pada sang adik, Abdul Gofur.

Abdul Gofur mengatakan jika jembatan yang dibangun itu merupakan usaha keluarganya. Mengingat biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan jembatan apung pun dirogoh dari kocek pribadi.

"Mulai beroperasi itu pada tahun 2018. Ini memang usaha keluarga karena semuanya (pembangunan) dari modal pribadi," ungkap Abdul Gofur saat ditemui di Jembatan Surapatin, Selasa (18/5/2021).

Sebelum ada jembatan apung Surapatin tersebut warga dua desa itu mengandalkan moda transportasi perahu yang menyeberangkan orang hingga kendaraan roda dua lantaran tak ada fasilitas penyeberangan lain termasuk jembatan apung.

"Sebelum ada jembatan ya warga di sini termasuk saya pakai perahu, karena cuma itu yang ada. Untuk sekali menyeberang itu motor Rp 25 ribu, kalau orang sekitar Rp 10 ribu," terangnya.

Warga yang akan melintas di atas jembatan apung tersebut harus mengeluarkan uang Rp 5 ribu bagi pemotor dan Rp 2 ribu bagi pengguna sepeda. Jika membandingkan dengan harga yang dikeluarkan pada saat menggunakan moda perahu penyeberangan tentu harganya lebih murah.

"Untuk anak sekolah sama pejalan kaki gratis. Pegawai desa, guru, pegawai Puskesmas itu hanya sekali bayar saja atau sejalan saja. Terus dari jam 10 malam sampai jam 5 pagi, itu yang mengelola warga. Jadi nanti keuntungannya buat mereka atau jadi pemasukan untuk desa," ujarnya.

Ternyata Abdul Gofur dan keluarga tak hanya memiliki satu jembatan saja. Ada tiga jembatan serupa yang berada di beda lokasi namun memiliki fungsi yang sama persis. Di antaranya Jembatan Cidulang atau Jembatan Bucin yang menghubungkan kampung yaitu Kampung Bunder, Desa Karang Anyar, Kecamatan Cililin dengan Kampung Cimonyet, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Cihampelas.

Lalu Jembatan Jubang yang menghubungkan Kampung Cibacang dengan Kota Baru Parahyangan di Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang. Dan terakhir Jembatan Sasak Bodas yang menghubungkan Kampung Cangkorah dan Kampung Seketando, di Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar.

Dari empat jembatan yang dimiliki, dalam setahun dirinya bisa menghasilkan keuntungan sekitar Rp 1,2 miliar. Namun penghasilan dari jembatan tersebut setiap bulannya pun bervariasi tergantung pada jumlah kendaraan yang lewat.

"Ya ini kan usaha keluarga. Keuntungan juga tidak murni buat pribadi, tapi kita gaji pegawai juga dan untuk biaya perawatan. Setiap hari selalu dicek dan setiap bulan pasti ada material yang diganti," pungkasnya.


Sumber: news.detik

PT Rifan Finacnindo

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...