Friday, October 1, 2021

Kilaunya Semakin Pudar, Ini Sebab Harga Emas Terus Tertekan | PT Rifan Financindo


PT Rifan Financindo   -  Kejelasan isu tapering dan tanggapan bank sentral terkait tekanan inflasi menjadi faktor utama tertekannya pergerakan harga emas. 

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (1/10/2021), harga emas di pasar Spot terpantau pada US$1.755,55 per troy ounce atau turun 0,08 persen. Meski demikian, secara year to date, return harga emas terpantau -7,52 persen. 

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menjelaskan, tertekannya harga emas salah satunya disebabkan oleh isu tapering The Fed. Pernyataan gubernur The Fed, Jerome Powell terkait dimulainya tapering pada tahun ini dinilai menekan harga aset safe haven seperti emas. 

“Melihat dari tahun 2013 lalu, saat The Fed melakukan tapering, emas memang terkoreksi cukup dalam. Sepertinya untuk jangka menengah koreksi serupa akan terjadi saat ini,” katanya. Menurut Wahyu, harga emas saat ini akan kesulitan naik karena anggapan sejumlah bank sentral bahwa tekanan inflasi hanya akan bersifat sementara. 

Padahal, gelontoran stimulus dan utang pemerintah AS yang besar sudah pasti akan berimbas pada kenaikan inflasi yang berkelanjutan. Ia melanjutkan, hingga akhir tahun harga emas kemungkinan akan bergerak pada rentang US$16.00 hingga US$1.900 per troy ounce. 

Namun, apabila kebijakan tapering sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan The Fed, maka harga logam mulia berpotensi tertekan hingga ke level US$1.300 per troy ounce. 

Secara terpisah, Division Manager PT Royal Trust Futures Suluh Adil Wicaksono menyebutkan, prospek harga emas hingga akhir tahun 2021 masih dibayangi langkah The Fed terkait isu tapering. Meski demikian, menurutnya garis besar dari kebijakan tersebut disebabkan oleh membaiknya data-data ekonomi disektor ketenagakerjaan. 

“Langkah tapering tidak diikuti kenaikan suku bunga The Fed masih menjadi faktor positif menahan penurunan harga emas spot saat ini,” katanya.

Selain itu, Suluh mengatakan ada sejumlah sentimen lain yang akan mempengaruhi pergerakan harga emas. Pertama, kenaikan kasus varian delta yang masih menjadi perhatian dan sejauh ini sudah agak mereda. 

Menurutnya, investor saat ini masih mewaspadai kemungkinan varian lain kedepannya Kedua, antisipasi tapering membuat investor menjadi lebih berhati-hati dalam membeli emas. 

Hal tersebut berimbas pada kenaikan dolar AS yang berdampak negatif pada harga logam mulia. 

Suluh memprediksi, harga emas akan berada di kisaran US$1.700 - US$1.800 per troy ounce hingga akhir tahun ini.


Sumber: market.bisnis

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...