PT Rifan Financindo - Mungkin masih lekat dalam ingatan bagaimana ponsel Nokia dulu merajai pasar, termasuk di Indonesia. HP buatan mereka selalu trendi dan dikenal awet. Maka banyak yang terperangah melihat ambruknya Nokia sampai bangkrut. Apa yang terjadi sebenarnya pada masa itu?
Nokia bukan perusahaan pertama yang mengkomersialkan ponsel, namun bisa dikatakan yang benar-benar punya daya tarik besar buat jutaan umat. "Kembali di tahun 1990-an, tidak ada merek besar yang lain," kata Ben Wood, analis di CCS Insight."Nokia sangat dominan. Orang-orang tidak bicara soal merek apa, tapi hanya model ponselnya seperti 3210 atau apapun yang kamu punya," tambahnya, seperti dikutip detikINET dari BBC.
Sampai tahun 2007, Nokia tidak terkalahkan dengan market share 49,4% waktu itu menurut Gartner. Tapi kemudian terus anjlok menjadi 43,7% di tahun berikutnya, kemudian 41,4% dan 34,2%. Bahkan pada paruh pertama 2013, tinggal 3%.
Apa sebabnya kejatuhan Nokia begitu dramatis? Pertama menurut Wood adalah merasa terlalu puas karena berada di puncak sangat lama, sehingga tidak waspada. "Kepuasan melanda, di mana mereka merasa tidak bisa berbuat salah," papar Wood.
"Kemudian tiba-tiba, di Januari 2007, Steve Jobs berjalan ke panggung dan mengeluarkan iPhone dari sakunya dan mengubah dunia selamanya," imbuhnya.
Ya, kedatangan iPhone tidak mampu dijawab oleh Nokia. Apalagi kemudian datang pula deretan pasukan Android. Ketergantungan pada sistem operasi Symbian menjadi petaka karena terasa jadul.
"Mereka tidak merasa software penting. Nokia membuat ponsel yang bagus. Mereka melalui dekade inovasi hardware yang luar biasa, tapi Apple melihat bahwa yang diperlukan adalah layar dan sisanya tentang software," jelas Wood.
Mengetahui bahwa Symbian gagal bersaing, CEO baru Nokia Stephen Elop, beralih memakai Windows Phone. Namun Nokia tidak juga pulih sampai dibeli oleh Microsoft di tahun 2014.
Sayangnya, duet Microsoft dan Nokia tidak berbuah keberhasilan, bahkan Microsoft kemudian menghapus divisi ponselnya. Kini, merek ponsel Nokia berada di bawah naungan HMD Global, akan tetapi tentu tidak sejaya dulu.
Mantan CEO Nokia, Olli Pekka Kallasvuo, dalam suatu wawancara setuju bahwa penyebab ambruknya Nokia adalah perusahaan terlalu puas dan berada di zona nyaman sekian lama.
Olli meyakini Nokia tidak arogan, hanya saja penyakit kepuasan semacam itu umum di perusahaan besar. "Di perusahaan sukses, mudah untuk mulai merasa nyaman. Itu menurunkan kebutuhan untuk mengambil risiko dan inovasi," kata dia.
Olli juga meyakini Stephen Elop yang memilih Windows Phone ketimbang Android bukan kuda Troya yang dikirim Microsoft untuk menghancurkan Nokia. Jika memang begitu niatnya, tentu sudah diketahui dulu oleh para petinggi Nokia kala itu.
Sumber :int.detik
PT Rifan Financindo
No comments:
Post a Comment