Monday, October 23, 2023

BI Beberkan Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan RI, Masih Aman?

Rifan - Bank Indonesia (BI) melaporkan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada semester I 2023 tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan berlanjutnya pemulihan perekonomian domestik di tengah masih tingginya ketidakpastian perekonomian global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, terjaganya SSK tercermin dari ketahanan sistem keuangan yang kuat, intermediasi yang membaik, dan inklusi keuangan yang meningkat.

"Bank Indonesia meyakini SSK ke depan masih akan tetap terjaga, ditopang oleh sinergi dan inovasi kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta bauran kebijakan Bank Indonesia, termasuk kebijakan makroprudensial akomodatif," kata Erwin, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (23/10/2023).

Informasi ini merupakan intisari dari Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No. 41 September 2023 yang mengangkat tema "Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi Mendorong Intermediasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan" yang baru diluncurkan pada hari ini di Solo.

Lebih lanjut, Bank Indonesia juga terus mendorong inovasi kebijakan makroprudensial. Inovasi ini difokuskan untuk memperkuat peran sektor keuangan dalam intermediasi melalui implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) pada 4 sektor ekonomi. Serta kebijakan Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan pendalaman pada suku bunga sektor-sektor hilirisasi.

Selain itu, Erwin menambahkan, kebijakan akomodatif terhadap instrumen kebijakan makroprudensial rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB), Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM), dan Rasio Loan To Value (LTV).

Dalam momentum peluncuran buku, Deputi Gubernur BI, Juda Agung menyampaikan konsistensi, inovasi, dan sinergi adalah tiga prinsip utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selama semester I 2023, stabilitas sektor keuangan masih terjaga dengan baik meski dihadapkan pada lingkungan risiko suku bunga global yang tinggi dalam jangka panjang (higher for longer).

"BI berupaya menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi dengan menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 6,00% untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global, serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap imported inflation," ujar Juda.

Selanjutnya untuk menghadapi tantangan ke depan, Bank Indonesia terus melakukan penguatan respon kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Pertama, mengembangkan inovasi kebijakan seperti penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), dan QRIS Cross Border.

Kedua, memperkuat ketahanan siber yang bersifat end to end untuk memastikan keamanan data masyarakat yang berpengaruh pada kelancaran sistem pembayaran. Ketiga, mendukung pembiayaan hijau melalui berbagai instrumen kebijakan dalam mengantisipasi tantangan perubahan iklim.

Sumber : Finance.detik

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...