Thursday, December 14, 2023

Presiden Baru Argentina Hadapi Ancaman Gagal Bayar Utang Rp 6.322 T

Presiden baru Argentina, Javier Milei menghadapi tantangan berat untuk mengendalikan utang negara sebesar US$ 403,835 miliar atau setara Rp 6.322 triliun (kurs Rp 15.655) per Juni 2023. Jumlah itu membuat rasio utangnya tembus 80,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Maret 2023.
Total utang Argentina lebih dari US$ 400 miliar itu sekitar US$ 110 miliar di antaranya merupakan utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) dan pemegang eurobonds milik swasta yang direstrukturisasi. Keberhasilan peta jalan perekonomian pemerintah yang baru menjadi harapan Argentina keluar dari tumpukan utang.

Dengan cadangan bank sentral yang berada di zona merah lebih dari US$ 10 miliar dan kecilnya peluang untuk memanfaatkan pasar, Argentina hanya memiliki kas untuk pembayaran utang sekitar US$ 16 miliar yang akan jatuh tempo tahun depan.

"Argentina menghadapi tantangan berat dalam hal jatuh tempo utang dalam mata uang asing. Kebutuhan untuk perpanjangan utang sudah dekat," kata Kepala Ekonom di perusahaan konsultan Empiria yang berbasis di Buenos Aires, Juan Ignacio Paolicchi dikutip dari Reuters, Kamis (14/12/2023).

Pemerintah pada Rabu (13/12) melemahkan peso Argentina hampir 55% menjadi 800 per dolar. Sebelumnya dikatakan subsidi energi akan dipotong dan tender pekerjaan umum dibatalkan.

Negara eksportir biji-bijian ini berjuang di 2023 untuk membayar kembali utang IMF dan terpaksa melakukan kesepakatan dengan Tiongkok dan Qatar untuk memenuhi kebutuhannya.

Argentina adalah debitur terbesar IMF dengan program senilai US$ 44 miliar. Pembayaran utang kepada IMF dan kreditor lainnya berjumlah sekitar US$ 4 miliar hingga Januari 2024.


Peneliti menyebut Argentina harus segera merestrukturisasi utangnya. Ini merupakan sebuah peringatan mengenai akan terjadinya gagal bayar (default) negara yang ke-10.

"Ini adalah titik awal yang sulit dengan utang dan inflasi yang sangat tinggi, tidak ada cadangan mata uang asing dan tidak ada mayoritas di parlemen bagi pemerintahan baru," kata Kepala Penelitian Global, Kedaulatan & Supranasional di Fitch, Ed Parker.

"Kami pikir kemungkinan gagal bayar lainnya mungkin terjadi, belum tentu tahun depan namun ada peningkatan pembayaran utang mulai tahun depan dan kemudian pada tahun 2025 sehingga pemerintah harus mendapatkan kembali akses pasar sebelum hal tersebut terjadi," tambahnya.

Dengan devaluasi yang tajam, banyak warga Argentina yang tabungannya berkurang setengahnya dalam semalam. Inflasi tahunan diperkirakan akan mencapai puncaknya di atas 200% pada tahun depan.

"Jika semua ini terjadi maka akan terjadi perpaduan yang berpotensi menimbulkan gejolak sosial," tuturnya mengenai reformasi ekonomi.

Sumber : Finance.detik

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...