Tuesday, October 11, 2022

Banjir di Jakarta Bikin Pusing, Pemerintah Bisa Apa? | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo - Hujan dengan intensitas yang tinggi mengguyur Jakarta selama beberapa waktu terakhir. Sebagai wilayah bercap langganan banjir, beberapa wilayah pun langsung terendam seiring dengan hujan yang mengguyur.

Pemerintah sendiri sebetulnya tidak tinggal diam dalam mengantisipasi potensi banjir ini. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian PUPR sendiri sudah menyiapkan berbagai strategi untuk meminimalisir dampak banjir. Bukan cuma di Jakarta, namun di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Direktur Jenderal SDA Jarot Widyoko menjelaskan salah satu yang sudah dilakukan pihaknya sebelum musim penghujan datang adalah menyiapkan dan mengoptimalisasi pengoperasian infrastuktur tampungan air di berbagai daerah. Dia merinci optimalisasi sudah dilakukan di 107 danau, 215 bendungan, 3.464 embung, 332 situ dan 10 kolam retensi untuk mengendalikan volume air yang masuk ke sungai.


Selain infrastruktur tampungan air, Jarot juga mengatakan pihaknya sudah mengoptimalisasi infrastruktur seperti tanggul pantai, sabo dam, pompa pengendali banjir, dan juga tunnel pengendali banjir.

"Kami juga melakukan peningkatan kewaspadaan dan inventarisasi alat berat sebagai tambahan untuk mencegah dan menanggulangi bencana banjir," ujar Jarot dilansir dari laman resmi Kementerian PUPR, Senin (10/10/2022).

Jarot juga mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai ataupun Balai Wilayah Sungai (BBWS/BWS) di berbagai daerah yang memiliki potensi bencana banjir untuk menyiapkan penanggulangan banjir.

Pihaknya pun berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memperoleh data prediksi banjir, peta prakiraan potensi banjir dan pemutakhiran peta kejadian banjir.

Di sisi lain, Jarot menyebutkan pihaknya sudah membekali diri dengan sebuah operation room yang dapat mengetahui elevasi air yang nantinya dapat menentukan seberapa besar jumlah air yang bisa ditampung di suatu bendungan untuk mengurangi potensi banjir di wilayah hilir.

"Saat ini kami sudah mempunyai Operation Room sehingga saat ini kami dapat memonitor kurang lebih 46 bendungan secara realtime kondisi bendungan ataupun tinggi elevasi air sehingga kami dapat bertindak lebih cepat lagi untuk mengurangi potensi banjir di wilayah hilir " jelas Jarot.

Proyek Anti Banjir Jakarta
Selain sederet strategi lain, khusus untuk menangani banjir di Jakarta beberapa proyek penangkal banjir terus dikebut. Salah satunya adalah dua bendungan kering penangkal banjir.

Dua bendungan yang dimaksud adalah Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang terletak di sekitar kawasan Puncak, Bogor. Diyakini, dua bendungan ini bisa mendistribusikan air di wilayah hulu Jakarta dan meminimalisir kiriman air ke Jakarta yang merupakan daratan rendah.


Kementerian PUPR lewat Ditjen SDA menargetkan pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi dapat selesai akhir tahun ini. Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR Jarot Widyoko mengatakan dua bendungan itu bisa selesai di bulan Oktober atau November.

"Mengenai progres Bendungan Ciawi dan Sukamahi, InsyaAllah mohon doanya kurang lebih Oktober atau November selesai," ujar Jarot dalam konferensi pers di Jakarta, dilansir dari Antara.

Powered By

PlayUnmute
Loaded: 0.16%
Fullscreen
Di sisi lain, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pernah menjelaskan Bendungan Sukamahi dan Ciawi merupakan bendungan kering yang memang khusus dibangun untuk mengendalikan atau untuk pengendali banjir saja.

Sebagai bendungan kering, maka pengoperasinnya akan berbeda dengan bendungan lain. Kedua bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara pada musim kemarau bendungan ini memang akan kering.

"Dua bendungan ini tidak akan menampung air, karena air hujan hanya ditampung sementara dan dialirkan sekecil mungkin ke Sungai Ciliwung, sehingga diatur debitnya yang harus mengalir saat musim hujan," kata Basuki dilansir dari website Kementerian PUPR.

Bendungan kering di Ciawi dan Sukamahi merupakan yang pertama kalinya dibangun di Indonesia sebagai upaya merespons risiko bencana hidrometeorologi di Jakarta dan sekitarnya.

Pengoperasian dua bendungan ini akan menggunakan Aplikasi Sistem Manajemen Air Terpadu (SIMADU) Kementerian PUPR dengan memanfaatkan data klimatologi dari BMKG yang menampilkan laporan kejadian banjir/kekeringan, prakiraan cuaca dan hari tanpa hujan, termasuk prakiraan banjir dan kekeringan.

Menurut data Kementerian PUPR, pembangunan Bendungan Sukamahi sudah direncanakan sejak tahun 1990-an dan mulai dibangun tahun 2017. Kontrak pembangunannya senilai Rp 464,93 miliar dengan kontraktor pelaksana PT. Wijaya Karya-Basuki KSO.

Bendungan Sukamahi didesain tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 169 meter. Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare dengan manfaat mereduksi banjir sebesar 15,47 meter kubik per detik.

Sama dengan Bendungan Sukamahi, Bendungan Ciawi juga didesain tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 334,5 meter. Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas area genangan 39,40 hektare untuk mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik per detik.

Kontrak pembangunannya senilai Rp 798,70 miliar dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna (KSO).

Dari data debit banjir 50 tahun-an, Kementerian PUPR memperkirakan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi dapat mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 577,05 meter kubik per detik.

Bagaimana dengan sodetan Ciliwung?
Proyek sodetan atau terowongan yang menghubungkan aliran Kali Ciliwung dengan aliran Banjir Kanal Timur (BKT) juga digadang-gadang bisa menjadi solusi untuk mencegah banjir di Jakarta. Proyek yang sempat mandek di tahun 2015 itu sudah berjalan kembali sejak pertengahan 2021.

Sampai saat ini pun proyek tersebut terus digarap oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane Ditjen Sumber Daya Air.


Proyek ini menjadi salah satu bagian dari rencana induk sistem pengendalian banjir (flood control) Ibu Kota Jakarta dari hulu hingga hilir yang digarap Kementerian PUPR. Singkatnya, sodetan Ciliwung diyakini dapat menjadi penangkal banjir Jakarta. Apalagi di tengah kondisi cuaca ekstrim dengan curah hujan tinggi seperti sekarang.

Dari pantauan terkini detikcom, Senin (10/10/2022), nampak pengerjaan sodetan Ciliwung terus berjalan. Pengerjaan fokus dilakukan di sekitar Jalan Otista III hingga kawasan Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur.


READ MORE
Setidaknya ada lokasi proyek yang terpantau di sekitar Otista III, pertama ada di samping Politeknik Statistika STIS atau persis di seberang jalan Otista III, kedua di tengah-tengah Jalan Otista III, dan berikutnya ada di Jalan Kebon Nanas yang merupakan outlet atau keluaran sodetan yang terhubung langsung dengan aliran BKT. Ketiga lokasi ini dipasangi pagar seng yang sangat tinggi.

Pengerjaan terpantau paling banyak dilakukan di lokasi proyek yang ada di tengah-tengah Jalan Otista III. Nampak pagar seng tinggi dipasang di proyek tersebut. Dari luar pagar seng tinggi itu, terlihat ada satu alat berat terparkir dan juga sebuah bagian saluran sodetan yang nampaknya akan dipasang di dalam tanah sedang dipersiapkan.

Kemudian, pengerjaan juga banyak dilakukan di lokasi proyek outlet sodetan yang ada di pinggir aliran BKT. Dari luar pagar seng yang terpasang nampak para pekerja sedang memugar sebuah bangunan yang nampaknya akan digunakan sebagai ruang kontrol sodetan.

Sementara itu di lokasi proyek yang ada di samping Politeknik STIS tak terlihat banyak pekerjaan yang dilakukan.

Sayangnya, detikcom tidak diizinkan memasuki ke dalam ketiga lokasi proyek tersebut. Para pekerja proyek pun enggan memberikan keterangan lebih lanjut soal pekerjaan yang dilakukan.

Warga sekitar lokasi proyek menyebutkan proyek tersebut sempat mangkrak dan baru dikebut lagi pembangunannya tahun yang lalu. Dari kabar yang dia dengar proyek ini sudah mau selesai pengerjaannya.

"Dulu udah ada zaman Ahok, terus berhenti, dibongkar. Nah ini baru diterusin lagi setahun lah, denger-denger udah mau kelar. Tanggal 16 udah mau selesai katanya," kata warga sekitar yang enggan disebutkan namanya.

Menurut keterangan Kementerian PUPR di laman resminya, proyek ini baru kembali berjalan pada tahun 2021. Proyek sodetan Ciliwung yang akan dilanjutkan sepanjang 549 meter, sehingga total panjang sodetan nantinya 1,26 kilometer.

Pembangunan sodetan ini diyakini dapat mengurangi debit banjir Sungai Ciliwung dengan mengalirkan air sebesar 60 meter kubik per detik ke Kanal Banjir Timur. Apalagi saat Sungai Ciliwung sudah tidak lagi mampu menampung debit air pada perkiraan debit banjir 25 tahunan yang bisa mencapai puncaknya sebesar 508 meter kubik per detik.

Sodetan Ciliwung yang pembangunan dilanjutkan kembali ini telah dimulai pada tengah 2021 telah mengalami perubahan trase sehingga mengurangi panjang terowongan 113 meter dari panjang semula 662 meter menjadi 549 meter saja.

Pembangunan sodetan Sungai Ciliwung dilaksanakan oleh kontraktor PT. Wijaya Karya- PT. Jaya Konstruksi, KSO dan konsultan supervisi PT. Virama-Supra-TAA, KSO dengan masa pelaksanaan Agustus 2021-Agustus 2023. Alokasi anggaran untuk konstruksi sodetan dan galian alur untuk menambah kapasitas tampung sungai Cipinang BKT sebesar Rp 683,9 miliar.


Sumber : finance.detik
PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...