Sejak kasus penikaman dan percobaan pembunuhan terjadi pada Salman Rushdie, namanya kian digaung-gaungkan sebagai penerima Nobel Sastra. Jika benar nama Salman Rushdie, bakal memenangkan anugerah paling bergengsi di dunia artinya pilihan Akademi Swedia benar-benar berubah.
Editor budaya di surat kabar utama Swedia, Dagens Nyheter, Bjorn Wiman mengatakan ada kemungkinan terbesar penerima Nobel Sastra tahun ini adalah sosok yang menyuarakan kebebasan berekspresi.
"Sudah saatnya bagi dia untuk menang," ungkapnya dilansir dari AFP, Kamis (5/10/2023).
"Dan jika dia menang, angkat topi untuk Akademi Swedia karena telah membela kebebasan berekspresi yang diwujudkan oleh Salman Rushdie," timpal Wiman.
Menurut pendapatnya, seharusnya Akademi Swedia tidak lagi eurosentris atau memilih penerima Nobel yang berasal dari Eropa. Banyak ahli yang mengkritik jika Akademi Swedia (panitia dari Hadiah Nobel) harus melihat nama-nama lain dari luar Eropa dan tak lagi berkulit putih Barat yang selalu dipilih.
Ada sejumlah nama lainnya yang juga masuk dalam radar perhitungan para tim ahli dan juga editor budaya kenamaan di Swedia. Mereka adalah penulis Karibia-AS, Jamaica Kincaid yang novelnya menggambarkan kehidupan keluarga dengan pengalaman tentang kolonialisme dan ras.
Ada juga penulis Lyudmila Ulitskaya, yang dikenal karena novel-novel epiknya yang sering berfokus pada hubungan pribadi yang kini tinggal dalam pengasingan di Jerman.
"Jika Ulitskaya menang, itu adalah pilihan yang berani karena memperjuangkan Rusia di saat Moskow dikecam karena perangnya di Ukraina," kata editor budaya harian Swedia, Svenska Dagbladet, Lisa Irenius.
Sejak Akademi Swedia terkoyak oleh skandal #MeToo pada 2018, yang diikuti oleh pemilihan kontroversial penulis Austria Peter Handke untuk Nobel 2019, akademi tersebut telah mencoba untuk melepaskan kulit lamanya.
Tahun lalu, penghargaan bergengsi diberikan kepada ikon feminis Prancis, Annie Ernaux.
Setahun sebelumnya, penghargaan ini diberikan kepada penulis Inggris kelahiran Tanzania, Abdulrazak Gurnah atas karyanya yang mengeksplorasi siksaan karena pengasingan, kolonialisme, dan rasisme.
Setengah dari 18 anggota Akademi Swedia, yang saat ini memiliki dua kursi kosong, kini telah berubah sejak Hadiah Nobel jatuh ke tangan Handke yang posisinya pro-Serbia hingga mendukung mantan presiden Serbia, Slobodan Milosevic, yang diadili karena genosida ketika dia meninggal pada 2006.
Thursday, October 5, 2023
Sudah Saatnya Salman Rushdie Jadi Penerima Nobel Sastra
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer
Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...
-
PT Rifan Financindo - Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pagi ini melemah. Mata uang Paman Sam turun 11 poin (0,07%) ke Rp 15.179. Meng...
-
PT Rifan Financindo - Indonesia Police Watch (IPW) meminta Bareskrim Polri untuk turut memeriksa Ferdy Sambo terkait penggunaan private je...
-
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini dibuka melemah pada level 6.910. Lalu beberapa menit setelah pembukaan kem...
No comments:
Post a Comment