Wednesday, November 8, 2023

Warning dari Morgan Stanley, Reli Pasar Saham Umurnya Pendek!

Pasar saham tengah mengalami rebound usai bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve alias The Fed menahan suku bunga acuan. Namun, analis Morgan Stanley menyebut, kekuatan pasar saat ini mungkin hanya berumur pendek.

Indeks Dow Jones di Wall Street, AS, melonjak 5,18% dalam sepekan hingga Senin (6/11/2023) waktu setempat. Indeks S&P 500 melejit 6,04% dan Nasdaq melesat 6,93% dalam periode yang sama.


Indeks tersebut kembali memantul dari posisi low dan mencapai minggu terbaiknya tahun ini pada Jumat pekan lalu.




Dari Asia, indeks Nikkei 225 Tokyo naik 5,46%, Hang Seng Hong Kong menguat 1,56%, Shanghai +1,31%, hingga Straits Times Index Singapura melompat 3,51% dalam sepekan.


Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat anjlok ke 6.642 pada 1 November 2023, naik 1,09% dalam sepekan ke 6.878,84 per 6 November 2023.



Chief investment officer and US equity strategist Mike Wilson menyebut, momentum kenaikan pasar saham saat ini mungkin hanya berlangsung singkat. Dia bilang, kenaikan baru-baru ini bukanlah tanda tren jangka panjang.


Sebelum pekan lalu, saham AS telah anjlok lebih dari 10% dari level tertinggi di Juli ke level terendah di Oktober.


"Meskipun kami akan tetap berpikiran terbuka, pergerakan [pasar saham] sejauh ini lebih terlihat seperti reli pasar yang bearish dibandingkan permulaan dari kenaikan lebih lanjut, terutama mengingat revisi laba dan data makro yang lebih lemah," kata Wilson, dikutip CNBC International, Senin (6/11/2023).


Cerahnya pasar saham global dipicu oleh reli tajam di Treasury yang mendorong imbal hasil obligasi atau US Treasury bertenor 10-tahun turun menjadi 4,56% pada 3 November dari sebelumnya 4,89% per 30 Oktober. Pada 23 Oktober, yield Treasury bahkan sempat menembus rekor 5%.


Baca: Investor Wait and See, Wall Street Tetap di Zona Positif

Investor semakin optimis setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah pada Rabu pekan lalu untuk pertemuan kebijakan kedua berturut-turut.


Sesuai ekspektasi pasar, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Suku bunga yang ditahan diharapkan bisa membuat dolar AS melemah serta imbal hasil (yield) US Treasury melandai.


Dalam pernyataan resminya, The Fed mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023, tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.


"Komite tetap menetapkan target inflasi di kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, dan perkembangan sektor keuangan," tulis The Fed dalam keterangan resminya.



Chairman The Fed, Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat Federal Open Market Committee (FOMC) menjelaskan jika upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih jauh.


Bisa dibilang, bullishness atau momentum kenaikan di November berbeda dengan S&P 500 yang sempat mengalami koreksi di Oktober, terbebani oleh perkiraan kinerja keuangan yang lemah untuk bisnis cloud di raksasa teknologi termasuk perusahaan induk Google, Alphabet.


Wilson tetap berhati-hati terhadap laporan laba perusahaan meskipun musim laba lebih kuat dari perkiraan. Wilson juga bilang, dia masih tidak melihat support pasar datang dari faktor teknikal maupun fundamental.


"Selama 2 bulan terakhir, luas (breadth) revisi pendapatan dan luas kinerja telah memburuk secara signifikan," imbuh Wilson.


"Sampai faktor-faktor tersebut berbalik secara bertahan lama, kami merasa sulit untuk lebih bersemangat menghadapi reli akhir tahun di tingkat indeks acuan," kata Wilson lagi.


Namun, Wilson mencatat bahwa kejutan laba sebesar 7,5% untuk perusahaan-perusahaan S&P 500 masih di atas rata-rata 4,5%. Akan tetapi, dia menyebut, hal ini sebagian besar disebabkan oleh "resiliensi marjin".


Sumber : cnbcindonesia

No comments:

Post a Comment

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...