Friday, June 28, 2019

Harga Broiler Terus Melemah, Gubernur Ganjar Tak Ingin Gegabah | PT Rifan Financindo

Harga Broiler Terus Melemah, Gubernur Ganjar Tak Ingin Gegabah

PT Rifan Financindo -  Peternak ayam broiler terus menjerit karena harga jual ayamnya tak sebanding biaya pemeliharaan. Sejumlah aksi dilakukan peternak, termasuk membagi gratis ayam ternaknya. Namun Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, mengaku tak ingin gebagah ambil keputusan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo berharap peternak dan Dinas Peternakan berkumpul menentukan masalah anjloknya harga ayam broiler di kalangan peternak. Ganjar tidak ingin gegabah dalam mengambil tindakan.

Dia mengambil contoh bahwa persoalan anjloknya harga ayam broiler tersebut nyaris sama dengan persoalam anjloknya harga jagung beberapa waktu sebelumnya. Berkaca dari pengalaman itu, Ganjar menyarankan solusi yang menurutnya paling tepat.

Ganjar mengaku sudah menelepon sejumlah peternak untuk duduk bersama Dinas Peternakan dan mencarikan solusi bersama. "Kalau ketemu akan diketahui apa persoalannya dan dicarikan solusi bersama," kata Ganjar.

Ganjar juga membicarakan tentang kemungkinan adanya pihak bermain dalam kasus tersebut. Termasuk salah sati yang dibicarakan adalah peternak ilegal yang memungkinkan terjadinya oversuppply atau kelebihan pasokan. Namun demikian Ganjar belum bisa memastikan penyebab apa yang membuat dampak merosotnya harga broiler.

"Jadi harus diketahui, apakah karena over supply atau ada pihak yang bermain. Kalau itu bisa diidentifikasi maka akan ada roadmap untuk penyelesaiannya," ujarnya.

"Soal penertiban peternak ilegal, mungkin kemarin Pak Kepala Dinas melihat asumsi yang dibangun adalah over supply. Kalau over supply ya harusnya dicatat dan didata," pungkasnya.

Untuk diketahui, harga ayam broiler di sejumlah provinsi termasuk Jawa Tengah anjlok menjadi Rp 6 hingga 7 ribu per kilogram di tingkat peternak. Sedangkan di pedagang, harganya masih normal.


Sumber: News.detik
PT Rifan Financindo

Thursday, June 27, 2019

Harga Ayam Anjlok, Peternak Teriak | PT Rifan Financindo

Foto: Erliana Riady

PT Rifan FInancindo - Peternak ayam di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur merugi karena harga ayam hidup anjlok. Anjloknya harga ini disebut karena adanya kelebihan stok. Bahkan, untuk mengurangi stok, peternak ayam di sejumlah wilayah membagikan ayam secara cuma-cuma.

Seperti yang diketahui, harga ayam hidup di level peternak di Magelang berkisar Rp 6.000-8.000 per kilogram (kg). Lalu, di Lamongan harganya berkisar Rp 6.000-7.000. Di Blitar harga ayam hidup di level peternak berkisar Rp 8.000/kg. Sedangkan, di Solo harganya anjlok hingga Rp 9.000/kg.

Hal tersebut menyebabkan 12.000 peternak rakyat di Jawa tengah mulai menutup usahanya. Kerugian dari anjloknya harga ayam ini mencapai miliaran rupiah per bulan.

Sejumlah peternak di Jawa Tengah mengaku terus merugi sejak 10 bulan terakhir karena anjloknya harga ayam. Bahkan, mereka membagikan ayamnya gratis kepada masyarakat karena kelebihan stok.

Foto: Khadijah Nur Azizah/detikHealth

Salah satu peternak asal Colomadu, Karanganyar, Pardjuni memilih membagikan ayamnya daripada rugi dengan menjual seharga Rp 9.000 per kg. Jika dibandingkan dengan biaya produksi, dia memperkirakan mengalami kerugian Rp 4.000 per ekor ayam. Padahal peternak biasanya memiliki puluhan hingga ratusan ribu ayam di kandang per bulan.

"Kalau saya kan punya 40.000 ekor per bulan, dikalikan saja dengan Rp 4.000, jadi Rp 160 juta kerugiannya per bulan. Dan itu terjadi sejak 10 bulan yang lalu," kata Pardjuni di sela pembagian ayam gratis di kantor Kecamatan Jebres, Solo, Rabu (26/6/2019).

Dia mengaku telah menjual aset-asetnya demi menutup kerugian. Selain itu, ada delapan karyawan yang harus dia gaji.

"Rumah sudah saya jual, ruko saya jual, mobil saya jual. Saya tahu ini rugi, tapi sudah tidak bisa menghindar lagi," kata Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah itu.

Foto: dok detikcom

Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta membagi-bagikan ribuan ayam broiler gratis di sejumlah titik di Yogyakarta. Aksi ini menyikapi anjloknya harga ayam broiler di tingkat peternak yang menjadikannya merugi.

"Daripada kita rugi dipikul sendiri, sekalian ruginya kita tersampaikan ke masyarakat," ujar Ketua Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta, Hari Wibowo di sela aksi bagi-bagi ayam broiler gratis di timur Balai Kota Yogyakarta, Rabu (26/6/2019).

"Kita ini ingin berbagi, membagikan (ayam broiler hidup) kepada masyarakat secara cuma-cuma. Memang kita rugi, tapi sudah diniati dengan harapan setelah ini pemerintah bisa mengusahakan peternak tidak rugi," sambungnya.

Ada empat titik pembagian ayam broiler gratis di Yogyakarta. Selain di timur Balai Kota Yogyakarta, aksi bagi-bagi ayam gratis juga berlangsung di Taman Parkir Sriwedari, Alun-alun Utara Yogyakarta dan Timur Kridosono.

Sekretaris Jenderal Gopan (Gabungan organisasi Peternak Ayam Nasional), Sugeng Wahyudi mengatakan, jumlah produksi anak ayam per minggu yang ditentukan Kementerian Pertanian biasanya hanya 60 juta ekor. Namun, di periode kali ini Kementan menentukan angka produksi hingga 68 juta per minggu anak ayam. 

Sehingga, suplai ayam berlebih dan kelebihannya mencapai 8 juta yang tersebar di seluruh Indonesia. Itu lah mengapa Gopan menyebut Kementan meleset perhitungannya.

"Anak ayamnya atau day old chick-nya (DOC) itu yang tersebar sekarang kurang lebih 68 juta di seluruh Indonesia. Sementara keperluannya itu 60 juta. Ini ada lebih 8 juta. Ini kan kemudian jadi ayam siap potong, jadi ayam di pasar itu berarti lebih pasok sementara permintaannya itu sama, relatif stagnan," kata Sugeng.

"Memang ini sudah dalam perhitungan kan. Jadi Kementan dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) sudah menghitung kira-kira supply-nya harus berapa. Nah ini kan meleset perhitungannya," sambung sugeng.

Sedangkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menduga adanya peternak ilegal yang menjamur sehingga ada oversupply. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Jawa Tengah, Lalu M Syafriadi mengatakan dari hasil rapat beberapa waktu lalu ternyata di Jawa Tengah saat ini ada 40 juta ekor ayam siap jual.

Jumlah yang oversupply itu menurutnya akibat adanya peternak yang tidak teridentifikasi atau ilegal. Maka pihaknya akan menyisir terkait perizinan para peternak.

"Di sinilah problemnya, ada terlalu banyak peternak yang tidak teridentifikasi dan tidak terdaftar, sehingga tidak dapat dikendalikan. Untuk mengatasi hal itu, kami akan membentuk tim yang akan menyisir hingga ke bawah, untuk mengetahui apakah peternak tersebut berizin atau tidak. Sekaligus kami juga akan melakukan pengawasan terkait peredaran day old chicken (DOC) dari para integrator," ujar Syafriadi.

Sugeng mengungkapkan, pemerintah telah menjanjikan beberapa upaya untuk menstabilkan harga ayam kembali.

Pertama, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan solusi untuk memotong induk ayam. Sehingga, ayam petelur yang menghasilkan anak ayam berkurang. Cara tersebut dianggap dapat menghentikan kelebihan suplai ayam.

"Dari Kementan akan ada pemangkasan ayam induk biar nanti tidak terjadi over supply atau tidak bertelur lagi," tutur Sugeng.

Kedua, Kementerian Perdagangan akan mengadakan bazar-bazar di kementerian lembaga yang melibatkan ritel modern. Ritel modern ini nantinya akan menjual ayam yang diserap dari peternak ayam. 

"Kedua dari Kemendag, saya sudah ditelepon semalam oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) katanya mau diadakan semacam bazar dari departemen ke departemen di sejumlah Kementerian. Akan ada semacam dengan melibatkan ayam-ayam dari peternak rakyat. Ini melalui ritel modern, bekerja sama yang dipandu oleh Kemendag," jelas Sugeng.

Lalu, terkait kebijakan pembagian ayam gratis kepada masyarakat yang melalui CSR (Corporate Social Responsibility) dari Dirjen PDN, menurut Sugeng hal tersebut hanya berlaku bagi perusahaan ternak ayam besar. Sedangkan, peternak rakyat tak dapat melakukan hal tersebut.

"Itu kan nggak realistis. Orang kami sudah rugi kok disuruh CSR, bagi peternak kecil ya. CSR itu untuk perusahaan-perusahaan besar, kan mereka juga berbudi daya, juga memelihara ayam-ayam di kandang, sama. Mereka yang harusnya CSR, bukan kita," imbuh dia.

Sumber: News.detik
PT Rifan Financindo

Wednesday, June 26, 2019

Harga Ayam Anjlok, Ini Penjelasan Kemendag - PT Rifan Financindo

Foto: Bayu Ardi Isnanto, Angling Adhitya Purbaya

PT Rifan Financindo - Terjadi penurunan harga ayam di sejumlah wilayah Pulau Jawa. Di beberapa wilayah, harga ayam anjlok hingga ke angka Rp 6.000 per kilogram. Para peternak mengeluhkan penurunan harga yang signifikan ini.

Menanggapi masalah itu, Kementerian Perdagangan menyatakan anjloknya harga di tingkat peternak ini karena stok yang berlebihan atau over supply. Namun, tidak dirinci apa yang menyebabkan over supply itu terjadi.

"Ya ini yang sementara kami duga over supply. Kami akan coba lagi, karena akan menjadi anomali kan. Di satu sisi tiba-tiba naik tingkat konsumen, di sisi lain peternak rugi. Ini yang sedang bersama kami dengan kementerian lain mencari jalan keluar," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Supri ketika ditemui di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Rabu (26/6/209).

Karyanto mengatakan pihaknya akan mengatur agar tak ada lagi kelebihan stok atau over supply.

"Itu kan kami bicara soal menyeluruh ya, soal supply dan demand. Kalau harga naik supply kurang, demand banyak dan sebaliknya. Mungkin over produksi. Kami harus atur sekarang tidak bisa kami saling menyalahkan dan sebagainya," tegas Karyanto.

Untuk mengendalikan harga, Karyanto mengatakan pihaknya bekerja sama dengan ritel modern dan industri lainnya untuk menyalurkan ayam hidup. Hal ini dilakukan agar kelebihan produksi ayam itu bisa diserap.

"Kami kerja sama dengan ritel modern, supaya mereka serap, tadi horeka (hotel, restoran, kantor) juga," ungkapnya.


Sumber: Finance.detik
PT Rifan Financindo

Pajak Rumah Mewah Dipangkas Jadi 1% | PT Rifan Financindo

Foto: Rolando/detikcom

 PT Rifan Financindo - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kembali melonggarkan pajak untuk rumah mewah dan apartemen. Sebelumnya, pemerintah menaikan batasan nilai yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Kini, pemerintah menurunkan Pajak Penghasilan (PPh) atas penjualan rumah dan apartemen dengan harga di atas Rp 30 miliar.

Pada aturan yang lama, PPh yang dikenakan sebanyak 5%. Di aturan yang baru, pajaknya turun jadi 1%.

Lantas, apa saja yang mendapat fasilitas ini? Berikut berita selengkapnya dirangkum detikFinance:

Foto: Istimewa

Kemenkeu menurunkan PPh atas penjualan rumah dan apartemen dengan harga di atas Rp 30 miliar. Dalam aturan sebelumnya yakni PMK No. 253/PMK.03/2008, besaran PPh untuk rumah dan apartemen mewah ialah 5% dari harga jual, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM). Kemudian, PPh itu diturunkan menjadi 1%.

Mengutip laman Setkab, Selasa (25/6/2019), penurunan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 92/PMK.03/2019 tentang Perubahan Kedua atas PMK No. 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli Atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah.

Dalam PMK ini disebutkan, bahwa barang yang tergolong sangat mewah di antaranya adalah:

a. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atas harga pengalihannya lebih dari Rp 30 miliar atas luas bangunan lebih dari 400m2

b. Apartemen kondominium dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp 30 miliar atas luas bangunan lebih dari 150m2

c. Kendaraan roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang, dengan harga jual lebih dari Rp 2 miliar atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000cc, dan

d. Kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari Rp 300 juta atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.

Adapun besarnya PPh terhadap barang yang tergolong barang mewah sebagaimana dimaksud sebagai berikut:

1. 1% (satu persen) dari harga jual tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) untuk a dan b,

2. 5% (lima persen) dari dari harga jual tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) untuk huruf c dan d.

Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang melakukan pembelian barang yang tergolong sangat mewah.

"Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku sejak tanggal diundangkan," bunyi Pasal II PMK Nomor 92/PMK.03/2019 yang ditandatangani Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 19 Juni 2019 dan diundangkan oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM Widodo Ekatjahjana di tanggal yang sama.

Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu menyatakan, pajak yang diturunkan ialah untuk rumah mewah dan apartemen. Di ketentuan yang baru, pajak untuk rumah mewah dan apartemen menjadi 1% dari sebelumnya 5%.

Sementara, untuk kendaraan tidak mengalami perubahan. Pajaknya tetap 5%.

"Penurunan PPh 5% jadi 1% itu khusus properti, baik rumah mewah maupun apartemen mewah. Kalau yang lain seperti kapal masih sama tarifnya, tetap 5%," kata Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP Hestu Yoga Saksama di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa (25/6/2019).


Sumber: Finance.detik
 PT Rifan Financindo

Tuesday, June 25, 2019

Tiga SMAN di Blitar Buka PPDB Offline Karena Pagu Kekurangan Siswa | PT Rifan Financindo

Tiga SMAN di Blitar Buka PPDB Offline Karena Pagu Kekurangan Siswa

PT Rifan Financindo - Penerapan Sistem Zonasi  pada PPDB berdampak banyaknya sekolah yang kekurangan siswa baru. Seperti yang terjadi di Kabupaten dan Kota Blitar.

Ada tiga SMA yang terpaksa membuka pendaftaran secara offline. Itu karena pagu tidak terpenuhi dengan sistem zonasi secara online.

Dua dari tiga SMA yang dimaksud berada di Kabupaten Blitar. Yakni SMAN Ponggok dan Kademangan. Sedangkan yang di Kota Blitar yakni SMAN 4.

"Ada tiga SMA di Blitar yang masih belum memenuhi pagu pada pendaftaran online. Yaitu, SMAN 4 Kota Blitar, SMAN Ponggok, dan SMAN Kademangan," kata Koordinator Pengawas Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Blitar Karno, usai audiensi dengan DPRD Kota Blitar, Senin (24/6/2019).


Data dari situs resmi PPDB tingkat SMA di Jatim menerangkan, pagu SMAN Ponggok sebanyak 225 siswa dan hanya terisi sekitar 176 siswa. Berarti masih kurang sekitar 49 siswa.

Sedangkan pagu SMAN Kademangan sebanyak 255 siswa dan hanya terisi 136 siswa. Atau masih kurang sekitar 119 siswa.

Sementara pagu di SMAN 4 Kota Blitar sebanyak 291 siswa. Dari total itu, hanya ada 160 siswa yang diterima. Atau masih kekurangan 131 siswa.

Sesuai arahan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, ketiga lembaga pendidikan itu bisa memenuhi pagunya dengan cara membuka kembali pendaftaran Sistem Zonasi  secara offline.

"Kita ikuti arahan dan menyesuaikan situasi saja. Yang penting kita ikuti arahan Cabdin. Kita lakukan pemenuhan pagu tanpa online, artinya kami umumkan siswa yang belum diterima kami beritahu kalau di sini masih ada pagu," kata Wakil Kepala SMAN 4 Kota Blitar Bidang Kesiswaan, Prasetijoko Utomo.

Sesuai tahapan PPDB, sebenarnya pendaftaran offline telah ditutup pada 18 Juni. Dan pendaftaran online ditutup 25 Juni. Namun karena banyaknya masalah yang timbul, Pemprov Jatim kemudian mengeluarkan kebijakan untuk membuka kembali pendaftaran offline ini pada 28-29 Juni. Kebijakan ini untuk memenuhi jumlah pagu lembaga pendidikan. Sekaligus menambah quota bagi jalur berprestasi.

Sumber: News.detik
PT Rifan Financindo

Monday, June 24, 2019

Takut di Rumah | PT Rifan Financindo

Takut di Rumah

PT Rifan Financindo -   Bisa saja tak ada hal yang diresahkan. Menyapa pagi, menikmati perjalanan hari sampai senja, petang, malam, ngantuk, dan pergi ke kamar tidur menyambut mimpi tentang cita-cita yang tiba-tiba tercapai tanpa susah payah. Tampak sederhana, lurus, simpel, nggak neko-neko, dan tanpa perlu napas tersengal-sengal. Dan bisakah kita menikmati hidup dengan tanpa berpendapat apapun? Diam menjadi penonton yang pasif yang bahkan untuk bertepuk tangan pun harus memerlukan pertimbangan yang mengernyitkan dahi berlipat-lipat.

"Saya buang saja pena ini, pensil ini. Saya tak berani menulis lagi. Saya tak berani melukis lagi, saya tak berani menggambar sketsa, menyimpannya atau untuk diberikan pada teman yang suka kasih masukan. Saya buang saja semua. Akan saya uninstall office di laptop biar saya tak bisa menulis."

"Kenapa, Vin?"

"Semua curiga."

"Semua, siapa saja? Saya tidak."

"Padamu pun saya ragu."

"Ragu? Kenapa? Kau meragukan? Jika kau ragu, kau bisa menyimpannya."

"Tak ada tempat yang aman."

"Jika kau melakukan yang baik-baik, tak akan jadi masalah."

"Baik bagi kamu, belum tentu baik bagi yang lain."

Sekadar nonton tivi pun, juga baca, Delvin menjadi ketakutan. Paranoid. Hal yang tak perlu bagi sebagian banyak orang yang punya lengan kekar penjaga kursi empuk atau yang duduk berada di sekitarnya. Ketika ke jalan raya, ia merasa begitu banyak orang memandang penuh dari segala bentuk tubuh sampai gerakan setiap langkah, gestur tubuh, gerak tangan dan jari. Warna baju dan celana yang dipakai pun tak membuatnya nyaman, dirasa dipersalahkan, diperdebatkan, dan disangka-sangkakan. 

Saat memutuskan pulang untuk tidur, ia merasa ada orang yang tahu jalan pikirnya, merasa juga dicatat. Bukan tanpa alasan, kecurigaannya telah banyak terbukti, hampir semua.

"Ini sudah gila. Saya salah tempat dan waktu."

"Tak ada apa-apa, Vin."

"Itu bagimu. Bagiku?"

"Makanya ikut kami, atau diam, atau sembunyi."

"Saya tak ingin ikut siapa-siapa. Tapi, saya tak ingin memampatkan pikiran sampai kosong sama sekali. Seperti dari dulu-dulu."

Pada suatu sore ketika nonton sepak liga tarkam, Delvin dipelototi segerombolan orang, berbisik-bisik membuatnya tak nyaman, dan terpancing emosinya. Merasa kalah jumlah dan kalah nyali, ia menyingkir mencari pohon rindang lain. Tak jauh beda, ia diperlakukan sama dengan cara yang berbeda. Tapi kali ini ia tidak tinggal diam. Ia sedikit membalas pandangan mata, tanpa senyum tanpa ekspresi. Ini pun membuat mereka merasa terhina yang kemudian mendatangi, mengepal tangan, memelototkan mata, menggerak-gerakkan hidung dan menggemeratakkan gigi.

Delvin diam acuh tak acuh dengan bersiap diri dengan segala kemungkinan.

"Mau apa kamu?" seseorang datang membentak Delvin.

"Apa saya terlihat mau apa-apa? Apa semua yang berbeda dengan kalian mau apa-apa? Kalau kalian mau apa-apa bebas sesukanya?"

"Diam kau!"

"Dari tadi saya sudah diam. Kalau nggak jawab nanti dikira apa-apa!"

Beberapa orang menghampiri Delvin berjajar di samping dan di belakangnya. "Tenang, Vin jangan mundur, kami bersamamu." Energi Delvin bertambah, rasa beraninya naik dan mengendorkan rasa kurang percaya diri. Tak terasa kedua tangannya mengepal. Ketika tiba-tiba seseorang di depannya meloncat menyerang, Delvin menghindar dengan tangan kirinya sempat membuat gerakan yang membuat si penyerang terpelanting terjerembab mencium tanah. Segera saja keributan terjadi, saling serang, saling ejek, dan saling meluapkan emosi begitu cepat berkobar. Perhatian semua orang di lapangan menuju ke titik itu. 

Delvin dan teman-temannya menenangkan diri. Menghindari pertarungan, berjalan menjauh, dan memberi kesempatan petugas keamanan menguasai lapangan. Dari kelompok lain rupanya ada yang masih belum dingin hatinya, entah dari kelompok mana, seseorang merangsek maju membabi buta memukul setiap orang di dekatnya, siapa pun. Banyak orang memburunya, menangkap, berusaha menguasainya. Ternyata ia tak sendiri. Dari kelompoknya ada yang tidak terima temannya diperlakukan kasar, ikut menyerang, membabi buta, berteriak-teriak memuntahkan seluruh amarah, menyemburkannya ke langit. 

Petugas keamanan, hansip bersigap melerai, menguasai orang-orang yang marah, kemudian sesama yang lain saling meredam hati. Tak lama, bala bantuan dari polisi datang. Keadaan seperti biasa lagi, seperti tidak terjadi apa. Hati panas dan rasa emosi dipendam entah di mana meski ada beberapa kelompok orang yang masih bergeremeng membahas kesalahan kelompok lain, berencana membalas, dan merasa kelompoknya yang paling benar dan paling santun.

Pertandingan sepak bola tetap dimulai dan berlanjut. Tak perlu waktu lama, para pemain bola sibuk ngos-ngosan, mengejar-ngejar penguasa bola, bergerak menipu dan mengumpannya pada kawan, meksi kadang salah kirim ke lawan dan menguntungkan lawan. Teriak-teriakan penyemangat mulai terdengar sahut menyahut. Ketika bola mendekati gawang, suara lebih bergemuruh, sebagian menyemangati untuk menggolkan, sebagian berteriak untuk menghalau bola dan balik menyerang. Dan saling ejek mengejek antarkubu membubung di atas langit lapangan, masuk ke rongga-rongga telinga dan membakar hati, menohok pikiran, meniupkan hawa panas pada para pemain yang tak tampak lelah kehabisan tenaga.

Seperti tiba-tiba, seperti tanpa rencana, segera saja muncul begitu banyak bendera-bendera berkibar-kibar warna-warni, bergerak-gerak di pucuk tongkat yang terus diayun-ayunkan. Tulisan-tulisan pada banner dan kain terbentang, saling memancing, saling memprovokasi. Suara menyerang penonton menguasai lapangan. Suara peluit tertimbun rerimbunan suara. Permainan sepak bola di lapangan tak lagi menjadi perhatian. Kepalan dan ancaman saling melolong. Langit di atasnya berwarna kuning kemerahan menampung asap yang meliuk-liuk menjauh.

Sorak sorai membahana penuh semangat sampai akhir pertandingan, sampai senja menjelang maghrib. Ada yang menang, ada yang kalah, tentu. Biasa dan tak apa-apa. Tak ada apa-apa dalam perjalanan pulang, tak ada keributan fisik, tak juga ada saling serempet kendaraan di jalan. Jika pulang dengan menutup telinga dengan rapat, tak ada hati yang terbakar memicu mulut untuk berkoar, yang pulang dengan membiarkan telinga tak tertutup, haruslah berkepala dingin dan berhati tenang, menganggap semua suara adalah teriakan tak tentu arah pelepas kekesalan pada yang tak sepaham. Angin senja berkesiur menabraki dedaunan di pinggir-pinggir jalan, membimbing asap knalpot menjauhi bumi, menyeka keringat yang mulai lembab.

Selepas maghrib, Delvin membuka HP-nya. Membaca berita dan browsingsedikit. Makan malam dan beranjak tidur setelah Salat Isya. Besok paginya, sesaat sebelum berangkat kerja, seperti biasa ia membuka HP, seluruh akun media sosialnya penuh dengan berita kemarin di lapangan. Di Youtube ratusan judul clickbait yang menyangkut kejadian kemarin terpampang dengan berbagai gaya, kebanyakan provokasi, dengan viewer yang sudah ratusan ribu. Ia terdiam, serasa seluruh wajahnya sudah terpampang di setiap tempat dan orang-orang akan mem-bully. Ada niat untuk izin tidak berangkat kerja, tapi kemudian memutuskan untuk berangkat saat batas waktu agar tak terlambat tinggal sembilan detik, dengan meyakinkan diri menganggap semua baik-baik saja dan tak ada apa-apa yang perlu dipikirkan. 

Ia tutup HP, memutus koneksi data, memasukkannya dalam kantong celana sebelah kiri, naik motor, dan berangkat setelah minum teh manis hangat dan sedikit nasi dengan sayur. Tepat di depan pintu gerbang di seberang jalan, Delvin terpana pada selembar pamflet seukuran 120 x 80 sentimeter bertuliskan, 'Hati-hati! Jaga diri' di bawah sebuah karikatur tersenyum dengan kelopak mata menyempit menutupi tatap amarah. Tulisan warna hitam itu menjadi jelas sekali terbaca karena terasa ditujukan untuknya.

"Yang pasang tulisan itu siapa, Mas?" pada tetangga sebelah, Mas Zildan yang sedang mendorong pintu gerbang, ia sempatkan bertanya.

"Nggak tahu, memang kenapa? Wong hanya tulisan kok. Tak perlu diributkan, biar saja."

"Tapi kan, Mas...."

"Biasa sajalah. Saya sempat kaget juga, tapi sudah menganggap biasa-biasa saja, dan enak."

"Tapi, saya merasa nggak nyaman, Mas."

"Nyamankan saja. Gampang kan?"

"Kamu nyaman-nyaman saja, Mas?"

Zildan tak langsung menjawab, malah mengalihkan pembicaraan, "Hati-hati di jalan. Kita ketemu nanti sore lagi."

Sepanjang perjalanan, kanan-kiri spanduk dan banner terpampang berebut perhatian. Mengganggu dan merusak pemandangan. Apa boleh buat, ia hanya bisa bergumam di hati dan berusaha menerima. Melawannya adalah tidak menghormati pendapat orang lain. Tidak melihatnya sama saja dengan tidak menganggap ada, dan Delvin memilih itu. Tapi kemudian ia merasa terganggu dengan suara-suara dari pamlet, spanduk, banner, dan kertas-kertas yang tercecer. Suara-suara itu memakinya, meneriaki, meng-huuu, mengancam, menertawai. Bergegaslah ia berbalik arah, pulang, memelintir batang setang gas sambil meraung-raungkan knalpot. 

Di tikungan terakhir sebelum sampai rumah, hampir tekor, sedikit saja motornya bablas ke parit dan hanya meninggalkan bekas tapak ban yang memarut aspal. Beruntung tak ada kendaraan lain yang melintas. Di halaman rumah Delvin terperanjat. Begitu banyak kertas-kertas bergelantungan di ranting pohon-pohon, berserakan di tanah, di teras. Lebih heran lagi, burung-burung kecil di pepohonan, menjerit-jerit memakinya. Langit di atasnya berwarna merah kekuningan, seperti wajah tuan besar sedang marah.

Ada pohon mangga di halaman depan agak pojok sebelah kiri. Seperti tak kenal musim, pohon-pohon itu selalu berbuah. Buahnya yang tak terlalu besar enak sekali, apalagi jika masak di pohon. Tak hanya pohon mangga, ada banyak pohon buah lain yang rimbun menyenangkan. Jambu demak, klengkeng, manggis, rambutan. Bangunan rumah yang besar dan teduh berada di tengah-tengah. Dan, sekarang buah-buah itu berjatuhan, berserakan di tanah di antara daun-daun layu yang terus berguguran. Ranting-ranting menjadi tampak meranggas seperti batang anak panah yang siap melesat menusuk mangsa. Tanah di bawahnya retak-retak seperti kemarau tujuh bulan, padahal saat hujan masih sering turun lebat.

Lewat samping kiri rumah, Delvin menuntun dan memarkir motornya di garasi belakang. Hawa panas mengerubuti. Segera lepas jaket, menaruhnya di stang motor dan duduk di kursi memandang kolam ikan dengan air mancur buatan yang sudah berlumut. Ikan-ikan di kolam yang biasanya bergerak cepat menari-nari melihat Delvin datang, tampak tak bergairah dan layu. Kawanan burung gereja dan burung emprit tak berjingkrakan di bibir-bibir kolam, melompat sedikit dan berjalan dengan letih, terbang tak bergairah dan membisu. 

Hawa pekarangan rumah sama sekali tak terasa sejuk dan nyaman. Berubah, tak bersahabat. Segelas air putih yang digelontorkan ke tenggorokannya tak membuat ia tenang. Tak ada satupun benda yang membuatnya nyaman. Melepas lelah, ia berebah di kursi, membiarkan kakinya menjuntai terganjal batang pagar samping. Tapi, itu tak juga membuatnya tenang. Rasa takut mulai masuk pada rongga napas. Ia menghempaskannya dengan keras, "Hhhhhhuh...!" Seketika udara di sekitarnya menjadi lembab dan berat untuk bernapas.

"Kenapa kau, Nak?" Ayahnya yang telah pensiun lima tahun datang menyapa, duduk di sebelahnya, diusapinya rambut yang basah oleh keringat.

"Saya takut di sini, Yah."

"Ini rumah kamu. Kamu lahir, kecil, bermain-main, tumbuh remaja, dewasa, di sini. Kau selalu riang gembira di sini."

"Tapi sekarang saya merasa nggak begitu, Yah."

"Kenapa?"

"Apa Ayah tidak merasakan?"

"Ayah tahu, tapi Ayah tak bisa melompat dari sini. Ayah tak bisa menunda waktu, tak juga bisa melewati waktu."

"Lihat, Yah pucuk-pucuk daun itu pun seperti hendak menghujamiku, seperti hendak menusuk-nusuk. Ranting-ranting itu, rumput-rumput itu, bahkan akar-akar itu, bebunyian itu. Apa aku harus seperti mereka, jadi daun, jadi ranting, jadi rumput, jadi akar, agar tak ditusuk. Apa harus sama? Apa aku harus di rumah lain? Apa sebelah rumah lain itu juga sama?"

"Tidurlah, Nak. Meski tidur tak membuatmu bebas, setidaknya kamu bisa berharap bisa mimpi seperti keinginanmu. Minumlah untuk membuang dahaga."

"Aku tak bisa tidur, Yah."

"Ayah akan menjagamu."

23:42.29032019 

Redaksi menerima kiriman naskah cerpen, tema bebas, disesuaikan dengan karakter detikcom sebagai media massa umum yang dibaca semua kalangan. Panjang naskah sebaiknya tidak lebih dari 9.000 karakter, karya orisinal dan belum pernah diterbitkan di media lain.

Sumber: hot.detik
PT Rifan Financindo

Friday, June 21, 2019

Mendikbud Menjawab Kontroversi Sistem Zonasi | PT Rifan Financindo

Mendikbud Menjawab Kontroversi Sistem Zonasi

PT Rifan Financindo -  Memasuki tahun ketiga penerapan sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru masih menuai kritik sejumlah orang tua di beberapa daerah. Kebijakan ini mereka nilai tidak adil terhadap siswa, khususnya yang mendapatkan nilai baik tapi kalah bersaing dengan siswa yang nilainya biasa saja cuma karena lokasinya relatif lebih jauh dari sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang menjadi sasaran kritik para orang tua bersikukuh dengan kebijakan yang dibuatnya. Ia menegaskan sistem zonasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki sistem pendidikan secara radikal. Sistem ini telah di terapkan di sejumlah negara sehingga dunia pendidikan mereka bisa maju seperti sekarang. Badan Litbang Kementerian yang dipimpinnya sudah melakukan kajian terhadai sistem ini jauh sebelum dirinya menjadi menteri.
"Jadi bukan serta-merta, saya mimpi dapat wangsit terus menerapkan kebijakan zonasi ini. Tidak," kata Muhadjir yang sebelumnya merupakan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang kepada tim Blak blakan detikcom. 

Ia merujuk negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang, negara-negara Skandinavia, Jerman, dan Malaysia bisa maju antara lain karena menerapkan sistem zonasi. Persoalan yang dihadapi negara-negara itu pun pada awalnya sama dengan Indonesia, terkait infrastruktur dan kualitas guru yang belum merata. Secara bertahap mereka terus menyempurnakannya sehingga maju seperti sekarang.

"Jadi kalau dibilang sebaiknya menunggu semua infrastruktur sudah baik secara merata, ya tidak perlu ada zonasi. Justru sistem zonasi ini diterapkan untuk mengoreksi dan mengejar ketimpangan secara radikal," Muhadjir menegaskan.
Toh begitu, dia tak sepenuhnya menutup mata dan telinga atas berbagai kritik yang bermunculan. Terkait keluhan prosentase alokasi bagi calon peserta didik yang berprestasi, dia bersedia mengoreksinya. "Kalau sebelumnya alokasinya cuma lima persen, saya tingkatkan menjadi 5-15 persen," uja pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956 itu. 

Pada bagian lain, Muhadjir juga mengungkapkan seputar alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Pada praktiknya alokasi anggaran sebesar itu justru ada di daerah-daerah dan kementrian lain. Dia juga memaparkan hasil kunjungannya ke Inggris untuk melihat sistem Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di sana.

Selengkapnya tonton Blak blakan Mendikbud Muhadjir Effendy, Menjawab Kontroversi Sistem Zonasi di detikcom.


Sumber: News.detik
PT Rifan Financindo

Thursday, June 20, 2019

Milenial Mau Beli Rumah? Jangan Lupa Ada Biaya Tambahan | PT Rifan Finaincindo

Foto: Tim Infografis, Luthfy Syahban

PT Rifan Finaincindo -  Milenial yang ingin mengajukan KPR juga harus menyiapkan biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan setelah melakukan pembelian. Harus diperhatikan, bahwa ada pajak penjualan dan pembelian yang biasanya 5% dari total transaksi yang harus dibayar. 

Pajak pembelian ini biasa disebut dengan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dari harga transaksi dikurangi nilai jual objek pajak tidak kena pajak. 

Jadi jika calon nasabah membeli rumah dengan NJOPTKP sebesar Rp 200 juta maka yang harus dibayar adalah 5% atau sekitar Rp 10 juta. 

Biaya provisi juga menjadi salah satu komponen yang masuk dalam pengajuan KPR. Besaran provisi setiap bank berbeda-beda tapi di kisaran 0,5% - 1%. Jadi jika calon nasabah mendapatkan jumlah KPR sebesar Rp 200 juta maka biaya provisi yang dibayarkan adalah Rp 1 juta - Rp 2 juta dan hanya dibayarkan satu kali di awal.

Selain itu juga ada asuransi jiwa dan asuransi kebakaran yang besarannya juga berbeda tergantung dari harga rumah dan bank yang digunakan.

Adapun untuk memiliki hunian dengan metode KPR, generasi milenial bisa menyiapkan kelengkapan dokumen pribadi seperti fotokopi KTP sendiri atau dengan pasangan, fotokopi kartu keluarga, fotokopi surat nikah dan fotokopi NPWP.

Selain itu, juga harus melampirkan slip gaji 3 bulan terakhir dan surat keterangan kerja. Sedangkan untuk wiraswasta wajib melampirkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan laporan keuangan tiga bulan terakhir. 

Kemudian masa kerja minimal 2 tahun akan diterapkan oleh bank. Bank juga akan melihat rekam jejak pengalaman kerja yang profesional. 

"Cicilan nantinya diharapkan tidak melebihi 30% dari total gaji," kata Direktur BTN Budi Satria, Rabu (19/6/2019).

Generasi milenial juga harus memiliki rekam jejak keuangan yang baik di bank. Riwayat kredit harus lancar dan tidak ada black list dari pihak bank.

Untuk milenial yang ingin mengajukan KPR khusus di BTN bisa membuka aplikasi online melalui website www.btnproperti.co.id. Nantinya calon nasabah KPR akan mendapatkan konfirmasi dari BTN setelah mengajukan online.

Kemudian mengenai mengenai informasi proses pengajuan KPR secara umum sampai dengan pencairan dana membutuhkan waktu +/- 7 hari kerja. Beberapa proses yang harus dilewati yaitu mengisi dan menandatangani formulir permohonan, melengkapi dokumen, wawancara, penilaian agunan (appraisal), analisa, persetujuan/SP3K, akad dan realisasi kredit.

Selanjutnya pihak bank akan menginformasikan mengenai biaya-biaya pengajuan KPR non subsidi di mana nantinya akan ada biaya down payment atau uang muka dan biaya pra realisasi.

Biaya pra realisasi ini secara total adalah kurang lebih 7% dari maksimal anggaran dan ini termasuk maksimal pembiayaan.



Sumber: Finance.detik
PT Rifan Finaincindo

Mau Gugat Uni Eropa soal Sawit, RI Butuh Waktu 1,5 Tahun | PT Rifan Financindo

Ilsutrasi kelapa sawit/Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto

PT Rifan FInancindo - Pemerintah saat ini sedang menyiapkan gugatan untuk Uni Eropa terkait diskriminasi sawit. Gugatan ini dilakukan melalui World Trade Organization (WTO) dengan firma hukum yang akan dipilih oleh pemerintah untuk mendampingi gugatan.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan saat ini ada 5 firma hukum yang sudah masuk dalam daftar pilih pemerintah. 

"Tapi begitu kita menggugat, kita harus sudah siap dengan segala macamnya. Karena ada di tahap konsultasi dan negosiasi," kata Oke di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (19/6/2019).


Dia menjelaskan, dari proses konsultasi dan negosiasi tersebut akan dicari kesepakatan antar negara. Jika tak terjadi kesepakatan maka Indonesia akan meminta WTO untuk membentuk panel untuk penyelesaian masalah. 

"Dari situ prosesnya 1,5 tahun dari mulai mendaftarkan ke WTO, karena setelah mendaftarkan kita berikan waktu untuk 'rujuk'. Kalau tidak ada kesepakatan, masuk ke tahap pembentukan panel," jelas dia.

Oke mengungkapkan proses persiapan gugatan akan memakan waktu yang panjang. Yakni tiga bulan sampai satu tahun. 

Hal ini karena pemerintah harus membekali law firm untuk materi gugatan dan. "Kita keberatan dengan kebijakan Uni Eropa terkait RED II delegated act, apa yang akan digugatnya tergantung law firm, termasuk pasal yang mana, karena tak bisa semuanya kita gugat," ujarnya.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud menambahkan saat ini pemerintah tengah membahas perkembangan terkait kebijakan tersebut. "Kita akan bahas upaya tindak lanjut yang sedang dilakukan mengenai persoalan diskriminasi terhadap komoditas kelapa sawit," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (19/6/2019).

Dia menjelaskan gangguan diskriminasi itu akan berdampak negatif terhadap program pengentasan kemiskinan dan menghambat pencapaian Indonesia dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sebelumnya, kebijakan diskriminatif yang dilakukan oleh Komisi Eropa melalui penerbitan Delegated Regulation yang merupakan turunan dari Renewable Energy Directive II (RED II) menempatkan kelapa sawit sebagai komoditas berisiko tinggi terhadap perusakan hutan (deforestasi) / indirect land-use change (ILUC) (Delegated Regulation/DR Article 3 and Annex).

Untuk itu, saat ini pemerintah tengah melakukan proses litigasi melalui forum World Trade Organization (WTO). Rencananya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan akan memimpin rapat penetapan kuasa hukum pada tanggal 20 Juni 2019 di Jakarta.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai rancangan peraturan Komisi Eropa, Delegated Regulation Supplementing Directive 2018/2001 of The EU RED II diskriminatif yang bertujuan menguntungkan minyak nabati lainnya yang diproduksi di Uni Eropa.

Indonesia bersama Malaysia dan Kolombia sepakat menolak kampanye hitam sawit di Uni Eropa. Kesepakatan itu merupakan hasil dari pertemuan The 6 Th Ministerial Meeting CPOPC (Council of Palm Oil Producing Countries) 27-28 Februari 2019 di Hotel Mulia, Jakarta.

"Para menteri memandang rancangan peraturan ini sebagai kompromi politis di internal UE yang bertujuan untuk mengisolir, dan mengecualikan minyak kelapa sawit dari sektor biofuel UE yang menguntungkan minyak nabati lainnya, termasuk rapeseed yang diproduksi oleh UE," ujar Darmin.


Sumber: Finance.detik
PT Rifan FInancindo 

Jumlah Uang Beredar Naik Jadi Rp 8.721,9 T Berkat Penyaluran Kredit Moncer

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar pada Januari 2024 mengalami pertumbuhan. Uang beredar mengalami pertumbuhan, salah satunya ditopan...